SELAMAT DATANG

BY ADRIANTHO BENNY P

Selasa, 24 Maret 2009

PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

1. PENDAHULUAN
Problem solving merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komukasi matematika, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum dijadikan sebagai kegiatan utama. Padahal, di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang kegiatan tersebut dapat dikatakan merupakan inti dari kegiatan pembelajaran matematika di sekolah. Selain itu, Suryadi dan kawan-kawan ( 1999 ) dalam surveynya tentang “current situation on mathematics and science education in Bandung” yang disponsori oleh JICA, antara lain menemukan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik olek para guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari Sekolah Dasar sampai SMU. Akan tetapi, hal tersebut masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika baik bagi siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan diberikannya matematika antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Hal ini jelas merupakan tuntutan sangat tinggi yang tidak mungkin bias dicapai melalui hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran biasa. Untuk menjawab tuntutan tujuan yang demikian tinggi, maka perlu dikembangkan materi serta proses pembelajarannya yang sesuai. Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne ( 1970 ), bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Hal ini dapat difahami sebab pemecahan masalah merupakan tipe belajar paling tinggi dari delapan tipe yang dikemukakan Gagne, yaitu : signal learning, stimulus-respons learning, chaining, verbal association, discrimination learning, concept learning, rule learning, dan problem solving.

2. PROBLEM SOLVING
Dalam belajar matematika pada dasarnya seseorang siswa tidak terlepas dari masalah. The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan: “belajar menyelesaikan masalah adalah alasan utama untuk mempelajari matematika” (NCTM, Position Paper on Basic Mathematics Skill, 1997) Adanya peningkatan kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah, berarti siswa tersebut telah mengalami perubahan dalam tingkah lakunya.,dengan demikian dalam pembelajaran matematika kemampuan memecahkan masalah sangat penting. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soejadi (dalam Sutriningsih, 2001) bahwa dalam matematika kemampuan pemecahkan masalah bagi seseorang siswa akan membantu keberhasilan siswa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan yang terkandung dalam bermatematika seluruhnya bermuara pada penguasaan konsep dan memampukan siswa memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan terstruktur. Polya dalam Tim PLPG Medan menyatakan :
If a teacher of mathematics fills his allotted time with drilling his students in routine operation, then he kill their interests, hampers their intellectual development, misuses his opportunity. but if he challenges the curiosity of his students by setting them problems proportionate to their knowledge, and helps them to solve their problems with stimulating questions, he may give them a taste for, and some means of, independent thinking.

Pemecahan masalah menurut Polya (1975) sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi atau dengan kata lain untuk dapat memecahkan masalah peserta didik harus mempunyai intelegensi yang tinggi. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal (Suwakarno, 2004:1). Metode pemecahan masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan (menurut Sriyono dalam Suprapto, 2004:19).
Dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.
Kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu kompetensi yang cukup penting bagi seseorang untuk bisa hidup. Esensi kehidupan sehari-hari adalah situasi pemecahan masalah. Menurut Polya (1973) terdapat empat langkah pokok memecahkan suatu masalah, yaitu :
1. Memahami masalah ( Understanding the Problem )
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah hal-hal apa saja yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), membuat notasi dari unsur yang diketahui dan yang ditanyakan.
2. Merencanakan Penyekesaiannya ( The Vising a Plan )
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian ( Membuat Konjektur ).
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana ( Carring out The Plan )
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.
4. Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian ( looking Back )


PENULIS
MAHASISWA PASCASARJANA UNIMED
Adriantho Benny Pasaribu
Ruhdiani
Justin Panggabean
M. Agus Sulistiyo
Hilda

Tidak ada komentar: